DITERIMA 1 DESEMBER 15 AT 7:46 PM
BERITA ACARA DISKUSI
Kelompok : IV
Kelas : 3B
Mata kuliah : Perencanaan Pembelajaran Biologi
13:00-15:00 wib
Tempat : Ruang 26 Biologi
Telah diselenggarakan diskusi kelompok
Dengan judul : Penilaian RPP Protista
Hasil karya : Karya Ilmiah
Pada acara diskusi tersebut
Sebagai penyaji : 1. Rini Rismayanti
2. Yosi Ernawati
3. Putri Ananda
Sebagai moderator : Epik Syayiduropik
Notulen : Siti Hajar
BERITA ACARA DISKUSI
Kelompok : IV
Kelas : 3B
Mata kuliah : Perencanaan Pembelajaran Biologi
- Tujuan
- Pelaksanaan
13:00-15:00 wib
Tempat : Ruang 26 Biologi
Telah diselenggarakan diskusi kelompok
Dengan judul : Penilaian RPP Protista
Hasil karya : Karya Ilmiah
Pada acara diskusi tersebut
Sebagai penyaji : 1. Rini Rismayanti
2. Yosi Ernawati
3. Putri Ananda
Sebagai moderator : Epik Syayiduropik
Notulen : Siti Hajar
- Susunan acara diskusi adalah sebagai berikut:
- Pembukaan
- Pemaparan singkat mengenai materi pembahasan oleh penyaji
- Tanggapan, sanggahan,pertanyaan, kritik atau saran dan masukan dari rekan-rekan kelas
- Penyaji menanggapi tanggapan,pertanyaan, kritik atau saran,sanggahan dari rekan-rekan kelas
- Penutupan acara diskusi
- Jumlah peserta yang hadir :17 Orang
- Acara yang berlangsung selama diskusi:
- Epik membuka acara diskusi dengan ucapan Basmallah dan memperkenalkan setiap anggota kelompok, kali ini kelompok kami mendapat anggota tambahan yaitu Putri Ananda dari kelompok 5 di karenakan pada pertemuan Perencanaan Pembelajaran Biologi Putri ananda tidak dapat mengikuti diskusi di kelompoknya di karenakan putri ananda mengalami sakit yang cukup lama.
- Setiap penyaji membahas materi pembahasan dengan memaparkan bagian-bagian dari setiap pembahasan di depan Audience
- Setelah setiap penyaji memaparkan setiap pembahasan, Epik sebagai moderator membuka sesi pertanyaan kepada audience
- Pertanyaan pertama datang dari saudari Dian Evi Riana dengan pertanyaan “berikan contoh dari cara memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik dari segi sikap, nilai dan keterampilan pada siswa?”
- Rini Rismayanti menjawab pertanyaan dari Dian “yang pertama sikap, cara memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik dari segi sikap adalah dengan memberi sanksi kepada peserta didik itu seperti di beri peringatan, setelah diberi peringatan peserta didik itu sikapnya masih tetap seperti itu bisa sebelum memberi sanksi, kita sebagai guru pun harus memberika contoh yang baik dan semestinya agar peserta didik meniru sikap guru, jika si peserta didik diberi sanksi tidak jera juga bisa kita memanggil orangtua si peserta didik agar diberi peringatan”.
- Dian memotong jawaban yang sedang di bahas oleh Rini “kan biasanya siswa suka lebih pintar dari guru ya, nah kan ada siswa yang membawa orangtua padahal bukan orang tua aslinya misal sewa orangtua orang lain dulu gitu itu gimana?”
- Rini menjawab “ia, ada lah saya juga punya teman SMA saya yang seperti itu, dia disebutnya menyewa orangtua padahal bukan orangtuanya. Itu sih harus sebisa-bisa nya guru BK kan setiap siswa mempunyai data masing-masing misal seperti identitas dan nama orangtua terus kalau bisa untuk mengetahui orangtua asli atau sewaan itu dengan meminta untuk menunjukkan KTP dan guru dapat menyamakan nama dan wajahnya dengan data yang di miliki sekolah dan bisa jadi seoprang peserta didik memanggil teman yang rumahnya dekat dengan peserta didik tersebut, apakah benar yang itu orangtuanya atau bukan. Kan kalau teman dekat seengganya kan pernah main ke rumah dan pernah melihat dan bertemu dengan orangtuannya. Bagaimana saudari dian dengan yang mengenai sikap?”.
- Dian sudah puas dengan jawaban Rini
- Rini melanjutkan kembali jawaban pertanyaan tadi “kedua, pengetahuan jika yang pengetahuan kalau misalnya peserta didik itu nilai nya kurang dari KKM guru dapat melakukan remedial,jika remedial tersebut masih kurang bisa diberi les privat ke guru yang bersangkutan, mengerti saudari dian?”
- Dian “tapi kan tidak semua guru mempunyai waktu yang banyak?”
- Putri “tapi kan seengganya kalau siswa itu udah bener-bener jelek gitu yah kalau diberi remidi nilainya masih jelek juga malah tambah menurun gitu yah guru sudah seharusnya memberikan les privat terhadap siswa tersebut, guru itu harus membimbing siswa dalam prestasi akademiknya siswa gitu terus yang ketiga, keterampilan contohnya dari praktek misalnya prakteknya itu jelek,maka harus mengulangi lagi prakteknya kalau misalnya di ulangi lagi nilainya masih jelek seperti halnya dengan pengetahuan saja dia itu harus terus berlatih tetapi harus didampingi oleh gurunya gitu jadi kalau ada yang tidak mengerti dapat ditanyakan langsung ke guru nya. Udah mengerti dian”.
- Dian sudah paham
- Epik membuka pertanyaan selanjutnya
- Ibu ruhana bertanya pada kami “disana ada angket coba lihat sistem penilaian angket masuknya kemana?”.
- Rini “angket masuknya disesuaikan dengan model pembelajarannya bu”
- Ibu “engga, ini memerlukan tidak penilaian teman sebaya?”
- Rini “memerlukan kan ada praktek”
- Ibu “di luar jam pelajaran?”
- Rini “ia”
- Ibu “prakteknya di sekolah atau di luar sekolah?”
- Rini “di sekolah, kan ada penelitian menggunakan miksroskop dengan mengamati prostista dari air kolam”
- Ibu “kalau mau ngasih nya seperti itu lebih efektif menggunakan penilaian teman sebaya atau observasi oleh guru langsung?”
- Rini “lebih efektif oleh guru bu”
- Ibu “oleh guru, karena jika penilaian diri dan teman sebaya itu di perlukan ketika ada kegiatan pembelajaran yang dilakukan di luar sekolah yang tidak di kontrol oleh guru secara langsung, sebagai wakilnya maka mereka harus bisa menilai diri sendiri dan menilai teman satu kelompok jadi memang tidak terlalu jika pembelajarannya full terawasi oleh guru, kalau praktikum guru masih bisa berkeliling kan. Kemudian pada saat akan melaksanakan penilaian diri sendiri dan teman sebaya itu jangan di beritahukan nanti jjika diberitahukan terlebih dahulu siswa bisa saja bekerjasama dengan temannnya agar penilaiannya dibaik-baikkan. Sebaiknya jika akan melakukan penilaian diri sendiri dan penilaian teman sebaya itu dilakukan setelah akhir pelajaran dan dadakan, duduknya juga jangan monoton disebar saja pisah dengan kelompoknya baru dilakukan tes penilaian disitu objektifitasnya lebih tinggi karena kan kalau dadakan orang yang tidak bisa berbohong itu memerlukan waktu yang banyak untuk berbohong dibanding jika yang sudah disiapkan atau diberi tahu dulu, sama saja seperti melakukan observasi sikap dilakukan secara integratif itu dilakukan ketika praktikum berlangsung bisa saja guru berkeliling sambil menilai sikap siswa,kalau untuk pengetahuan itu bisa diberitahu dulu agar siswa bisa mempersiapkan berbeda dengan sikap yang harus integratif dalam penilaiannya tidak boleh dibuat-buat harus objektif dan disesuaikan jadi, angket masuknya kemana?”
- Rini “masuk ke penilaian mandiri”
- ibu “ia, penilaian mandiri dilakukan sebagai perwakilan guru, namun dalam penilaian mandiri pasti banyak kecurangannya misal temannya di bagus-baguskan dan saling dibagus-baguskan. Kemudian ketika dua orang kurang menilai temannya dan dua orangnya lagi bagus menilai temannya jadi, ragu-ragu sebenarnya kurang atau bagus nah ini bisa di crosscek lagi dengan observasi yang dilakukakan oleh guru dan disesuaikan lagi biasanya berbanding lurus dengan penilaian di kelas dan diluar kelas.. penilaiannya ada tiga dengan penilaian diri, teman dan guru jadi dipilih saja sesuai dengan pembelajarannya harus yang mana”
- epik membuka pertanyaan lagi
- tiffany “dilampiran penilaian pengetahuan dalam pembuatan butir soal misalnya kita ngajarnya di SMP penilaian tingkatan berfikirnya berbeda atau tidak? Misal tingkatan berfikir siswa kelas satu sama siswa kelas tiga itu ada tingkatannnya atau tidak”.
- Rini “perbedaan tingkatan berfikirnya pasti ada,misalkan kalau tingkat SMP materinya dibahas secara umum, jika SMA lebih rinci”.
- Ibu “bikin instrumen acuannya biasanya kemana? Apa yang akan di ukur oleh instrumen itu sebenarnya dari mana?”
- Rini “kisi-kisi”
- Ibu “kisi-kisi mah rencana instrumen, ya membuat kisi-kisi itu acuannya itu gimana?”
- Rini “indikator”
- Ibu “terus”
- Rini “tujuan pembelajaran’
- Ibu “terus”
- Rini “KD”
- Ibu “’ia KD, disesuaikanlah dengan berpikir pada Kompetensi Dasar tinggal dibandingkan bagaimana KD tingkat SMP dan SMA itu bagaimana? Biasanya kan di KD itu ada yang hanya menjelaskan, tapi kadang di KD juga kita itu menaganalisis perbedaan jika untuk menganalisis ini kan ranah nya bukan C1 dan C2 menganalisis itu sudah sampai ke C4 ketika membuat pertanyaan juga ini tidak akan terukur jika hanya dijelaskan apa yang dimaksud? Bagaimana bisa mengukur analisis jika disuruh menjelaskan itu kan jatohnya hanya ke C1 saja sedangkan KD nya masuk ke C4 yaitu menganalisis apalagi jika disuruh membuat, membuat itu kan C6 itu tidak akan terukur bisa dipahami gak ini ? jadi untuk melihat tingkatan berfikir itu disesuaikan dengan KD yang telah disiapkan karena dalam bertanya itu tidak cukup bertanya jelaskan ada yang menganalisis, membuat, membedakan, memillih nah itu disesuaikan pertanyaannya dengan KD yang di inginkan jadi seimbang, nah ini anatomi nya ke yang kemarin saya bahas “instrumen itu alat ukur, alat ukur itu harus sesuai dengan apa yang akan di ukurnya kalau misal di KD nya disuruh menganalisis tapi kita hanya membuat soal menjelaskan itu ibaratnya kita ingin menimbang berat badan tapi alatnya di kiloan telor kan itu tidak seimbang, atau perbandingannya di soal misalnya menganalisis ketika tujuan pembelajaran indikatornya hanya menjelaskan saja atau menyebutkan saja itu ibarat mengukur emas di kiloan beras yang seratus kilo bisa dimengerti? Jadi untuk menyesuaikan pertanyaan itu sesuai dengan kompetensi dasarnya”
- Diskusi selesai
- Moderator menutup acara diskusi dengan ucapan hamdalah